Analisis Kompetensi Technopreneurship Siswa SMK DKV Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek: Sebuah Studi Kasus di SMKN Bojonggambir
By Admin - أغسطس 11, 2025
Ruli Lesmana, S.T., Gr
SMKN Bojonggambir, Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia
Email korespondensi: roeli.eunih.sjy@gmail.com
Abstrak
Tuntutan industri kreatif saat ini mengharuskan lulusan SMK, khususnya bidang Desain Komunikasi Visual (DKV), untuk tidak hanya menguasai keterampilan teknis desain, tetapi juga memiliki kompetensi technopreneurship. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara mendalam bagaimana kompetensi technopreneurship siswa SMK DKV berkembang melalui implementasi pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning / PjBL). Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif, melibatkan 10 siswa kelas XI DKV di SMKN Bojonggambir sebagai subjek. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan analisis dokumentasi proyek (portofolio, laporan keuangan sederhana, dan akun media sosial). Hasil penelitian menunjukkan bahwa PjBL efektif dalam menumbuhkan kompetensi technopreneurship, yang terlihat dari kemampuan siswa dalam mengintegrasikan teknologi digital untuk pemasaran, berinovasi dalam desain produk, dan mengelola proyek secara mandiri. Kesimpulan dari penelitian ini menegaskan bahwa pengalaman langsung dalam proyek otentik merupakan katalisator penting untuk mengembangkan pola pikir wirausaha dan kreativitas siswa, sehingga mereka siap untuk bersaing di dunia kerja dan berwirausaha secara mandiri di era ekonomi digital.
Abstract
The demands of the contemporary creative industry require vocational high school (SMK) graduates, particularly in Visual Communication Design (DKV), to possess not only technical design skills but also technopreneurship competencies. This study aims to conduct an in-depth analysis of how DKV students' technopreneurship competencies develop through the implementation of Project-Based Learning (PjBL). The method employed is a qualitative case study, involving 10 eleventh-grade DKV students at SMKN Bojonggambir as the subjects. Data was collected through in-depth interviews, participatory observation, and analysis of project documentation (portfolios, simple financial reports, and social media accounts). The findings indicate that PjBL is effective in fostering technopreneurship competencies, as evidenced by students' ability to integrate digital technology for marketing, innovate in product design, and manage projects independently. The conclusion of this study confirms that hands-on experience in authentic projects is a crucial catalyst for developing students' entrepreneurial mindset and creativity, preparing them to compete in the job market and start their own businesses in the digital economy era.
Kata Kunci
Studi Kasus, Technopreneurship, Pembelajaran Berbasis Proyek, Pendidikan Vokasi
Pendahuluan
Pesatnya laju perkembangan teknologi digital telah mengubah dinamika industri kreatif. Peran desainer tidak lagi terbatas pada aspek estetika visual, melainkan telah meluas ke ranah strategi bisnis dan pemasaran digital. Oleh karena itu, lulusan SMK jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) dituntut untuk memiliki kompetensi ganda yang mencakup keterampilan desain yang kuat dan pola pikir wirausaha berbasis teknologi, atau yang dikenal sebagai technopreneurship. Namun, pembelajaran di banyak SMK masih terfokus pada penguasaan perangkat lunak dan teori desain, sementara integrasi aspek kewirausahaan digital masih minim.
Model pembelajaran berbasis proyek (PjBL) menawarkan solusi yang relevan untuk menjembatani kesenjangan ini. PjBL menyediakan lingkungan belajar yang otentik dan menantang, di mana siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan DKV untuk memecahkan masalah nyata dan menghasilkan produk atau layanan yang memiliki nilai jual. Model ini mendorong siswa untuk berinovasi, berkolaborasi, dan mengelola proyek dari awal hingga akhir, yang merupakan keterampilan esensial bagi seorang technopreneur.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara mendalam bagaimana implementasi PjBL di kelas DKV dapat menumbuhkan dan mengembangkan kompetensi technopreneurship siswa. Dengan memilih metode studi kasus, peneliti dapat menggali fenomena ini secara holistik dan komprehensif, memberikan deskripsi kaya yang relevan dengan konteks pendidikan vokasi di Indonesia.
Tinjauan Pustaka
Technopreneurship dalam Konteks Pendidikan Vokasi
Technopreneurship adalah perpaduan antara teknologi, inovasi, dan kewirausahaan yang berorientasi pada penciptaan nilai ekonomi ([Kuratko, 2017]). Dalam pendidikan vokasi, konsep ini sangat relevan karena bertujuan untuk melahirkan lulusan yang siap kerja dan siap berwirausaha. Bagi siswa DKV, technopreneurship berarti kemampuan untuk menciptakan desain produk (misalnya, stiker, apparel), memproduksinya secara efisien dengan bantuan teknologi, dan memasarkannya melalui platform digital seperti media sosial atau e-commerce.
Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL) sebagai Katalis Inovasi
PjBL adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa di pusat pembelajaran, di mana mereka secara aktif terlibat dalam investigasi masalah dan perancangan solusi ([Thomas, 2000]). PjBL mendorong pengembangan keterampilan abad ke-21 seperti kolaborasi, komunikasi, kreativitas, dan berpikir kritis. Dalam konteks DKV, PjBL dapat diterapkan melalui proyek-proyek otentik, seperti mendesain identitas visual untuk UMKM lokal atau membuat portofolio produk digital.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang fenomena yang diteliti dalam konteks yang sebenarnya, yaitu di kelas DKV SMKN Bojonggambir.
Subjek Penelitian: Subjek penelitian terdiri dari 10 siswa kelas XI DKV yang dipilih secara purposive sampling dari total 30 siswa. Pemilihan subjek didasarkan pada variasi tingkat partisipasi dan hasil proyek.
Teknik Pengumpulan Data:
- Wawancara Mendalam: Dilakukan dengan guru DKV dan 10 siswa terpilih untuk menggali pengalaman, tantangan, dan persepsi mereka selama proyek berlangsung.
- Observasi Partisipatif: Peneliti terlibat langsung dalam proses pembelajaran, mengamati interaksi siswa, proses kerja kelompok, dan tahapan proyek.
- Analisis Dokumentasi: Menganalisis portofolio proyek siswa, laporan keuangan sederhana (catatan modal dan laba), serta konten di akun media sosial yang mereka kelola.
- Analisis Data: Data kualitatif dianalisis menggunakan metode analisis tematik ([Braun & Clarke, 2006]). Tahapannya meliputi transkripsi data, pengodean, identifikasi tema, dan interpretasi untuk menarik kesimpulan yang valid. Triangulasi data dilakukan dengan membandingkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk meningkatkan validitas temuan.
Hasil Penelitian
Hasil dari studi kasus ini menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis proyek memberikan dampak positif yang signifikan terhadap pengembangan kompetensi technopreneurship siswa. Tiga tema utama yang muncul dari analisis data adalah:
- Peningkatan Kemampuan Mengintegrasikan Teknologi: Siswa menunjukkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana menggunakan platform digital. Mereka tidak hanya membuat desain produk, tetapi juga menggunakannya untuk konten promosi di Instagram, mengelola pemesanan melalui WhatsApp Business, dan mengoptimalkan deskripsi produk.
- Kreativitas dan Inovasi Produk: Proyek otentik mendorong siswa untuk berpikir di luar kotak. Mereka menciptakan desain yang orisinal dan memiliki nilai jual, seperti stiker dengan ilustrasi khas lokal atau kaos dengan pesan sosial. Hal ini berbeda dengan tugas konvensional yang cenderung mengikuti petunjuk.
- Pengembangan Keterampilan Manajerial Sederhana: Siswa belajar mengelola proyek dari ide hingga penjualan. Mereka mampu membuat laporan keuangan sederhana, menghitung HPP (Harga Pokok Penjualan), dan menentukan harga jual. Hal ini menumbuhkan kesadaran akan aspek bisnis dari sebuah produk desain.
Pembahasan
Temuan penelitian ini konsisten dengan literatur yang ada tentang efektivitas PjBL dalam pendidikan vokasi ([Prastowo, 2020]). Pengalaman langsung dalam menghadapi masalah nyata, seperti kegagalan dalam promosi atau kerumitan produksi, memaksa siswa untuk berpikir kritis dan mencari solusi inovatif. Hal ini tidak akan terjadi jika pembelajaran hanya berfokus pada teori atau latihan teknis.
Keterbatasan penelitian ini adalah skala yang terbatas pada satu sekolah, sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisasi secara luas. Namun, temuan ini memberikan deskripsi yang kaya dan mendalam tentang bagaimana PjBL dapat berfungsi sebagai katalisator untuk menumbuhkan technopreneurship. Implikasinya adalah bahwa kurikulum DKV perlu lebih fleksibel dan berorientasi pada proyek otentik yang melibatkan aspek bisnis dan teknologi, bukan hanya sekadar estetika desain.
Kesimpulan dan Saran
Studi kasus ini menyimpulkan bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah metode yang sangat efektif untuk mengembangkan kompetensi technopreneurship siswa SMK jurusan DKV. PjBL berhasil menumbuhkan kemampuan siswa dalam berinovasi, memanfaatkan teknologi digital, dan mengelola proyek, yang merupakan bekal penting untuk sukses di industri kreatif.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan studi komparatif dengan sekolah lain atau menggunakan metode kuantitatif untuk mengukur dampak PjBL pada skala yang lebih besar.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kepala SMKN Bojonggambir, guru-guru DKV, serta seluruh siswa yang telah berpartisipasi dan memberikan kontribusi berharga dalam penelitian ini.
Daftar Pustaka
Braun, V., & Clarke, V. (2006). Using thematic analysis in psychology. Qualitative Research in Psychology, 3(2), 77–101. doi:10.1191/1478088706qp063oa
Kuratko, D. F. (2017). Entrepreneurship: Theory, Process, and Practice (10th ed.). Cengage Learning.
Prastowo, A. (2020). Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek dalam Meningkatkan Keterampilan Kewirausahaan Siswa SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 10(2), 145–156. doi:10.21831/jpv.v10i2.33877
Thomas, J. W. (2000). A Review of Research on Project-Based Learning. The Autodesk Foundation.
0 Comment