Petualangan Empat Anak dari Karang Agung ke Taman Baca AIUEO: Menemukan Dunia Lewat Buku

Petualangan Empat Anak dari Karang Agung ke Taman Baca AIUEO: Menemukan Dunia Lewat Buku
Petualangan Empat Anak dari Karang Agung ke Taman Baca AIUEO: Menemukan Dunia Lewat Buku

Petualangan Empat Anak dari Karangagung ke Taman Baca AIUEO: Menemukan Dunia Lewat Buku

Di sebuah kampung kecil bernama Karangagung, hiduplah empat sahabat: Revan, Ihsan, Dimas, dan Ilham. Mereka tumbuh di tengah suara gemericik sawah, bau tanah basah, dan kehidupan yang sederhana. Meski berasal dari pelosok desa, impian mereka membumbung tinggi. Mereka ingin tahu lebih banyak tentang dunia luar—dunia yang selama ini hanya mereka dengar dari cerita orang tua atau lihat sepintas dari televisi tetangga.

Suatu hari, Revan mendengar tentang sebuah tempat di kampung sebelah yang menarik perhatiannya: Taman Baca AIUEO.

"Katanya di sana banyak buku, bahkan ada komik dan majalah. Gratis!" ujarnya dengan mata berbinar-binar.

Awalnya mereka ragu. Jaraknya tidak dekat—harus melewati dua bukit kecil dan satu sungai dangkal. Namun rasa ingin tahu mereka jauh lebih besar daripada rasa lelah. Pagi itu, mereka berangkat dengan semangat, membawa bekal nasi bungkus dan segunung harapan.

Setibanya di taman baca, mereka disambut oleh Mbak Nia, seorang relawan muda yang ramah. Ruangan sederhana berdinding bambu itu dipenuhi rak-rak buku, poster warna-warni, dan sebuah peta besar Indonesia yang tergantung di dinding. Tanpa menunggu lama, mereka pun duduk dan mulai membaca—ada yang asyik membuka komik, ada yang membaca cerita rakyat, dan ada yang tertarik pada majalah teknologi.

Hari itu mereka tenggelam dalam dunia bacaan hingga lupa waktu. Gelak tawa dan rasa kagum menghiasi ruangan itu. Bagi mereka, buku bukan sekadar tumpukan kertas, melainkan jendela menuju dunia yang selama ini terasa jauh dan tak tergapai.

Sejak hari itu, setiap akhir pekan, mereka rutin datang. Taman baca menjadi tempat favorit—bukan hanya untuk membaca, tetapi juga tempat bermimpi. Dimas yang dulu pendiam kini bercita-cita menjadi guru. Ilham ingin menulis komik sendiri. Ihsan ingin menjelajah Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Dan Revan, dengan penuh keyakinan, bermimpi suatu hari nanti bisa membangun taman baca di kampung mereka sendiri.

Ketika ditanya kenapa mereka selalu bersemangat datang, Revan hanya tersenyum dan berkata, “Karena di sini, kami merasa bisa jadi apa saja.”



*

إرسال تعليق (0)
أحدث أقدم