Membangun Indonesia dari Akar Rumput: Pendidikan Inklusif di PKBM

Membangun Indonesia dari Akar Rumput: Pendidikan Inklusif di PKBM
Membangun Indonesia dari Akar Rumput: Pendidikan Inklusif di PKBM

Oleh: Kang Ruli

Indonesia. Sebuah negeri yang luas, kaya, dan penuh warna. Dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulau yang menyimpan sejuta potensi. Tapi, pertanyaan sederhana sering muncul di kepala: Apakah semua anak bangsa telah merasakan manisnya pendidikan? Atau, masih adakah yang tercecer di lorong-lorong sempit kota dan di ujung-ujung desa yang sunyi?

Jawaban atas pertanyaan ini membawa kita pada satu kenyataan: pendidikan belum menjangkau semua. Masih banyak wajah-wajah yang menatap masa depan dengan gamang. Anak-anak putus sekolah. Pemuda yang sibuk mencari nafkah di usia belia. Perempuan yang terpaksa berhenti belajar karena peran domestik. Dan mereka yang hidup dengan disabilitas, kerap tidak dianggap dalam sistem pendidikan formal.

Lalu siapa yang menyapa mereka?

Di sinilah PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) hadir—diam-diam tapi nyata, senyap tapi berdampak besar. PKBM bukan lembaga besar dengan gedung bertingkat dan fasilitas mewah. Ia sederhana, dekat, dan merakyat. Tapi justru dari kesederhanaannya itulah muncul kekuatan: kekuatan untuk membangun Indonesia dari akar rumput.

PKBM: Jembatan bagi Mereka yang Terpinggirkan

Pendidikan inklusif bukan sekadar konsep dalam tumpukan kebijakan. Ia adalah kenyataan yang diperjuangkan setiap hari oleh para tutor, pengelola, dan warga belajar di PKBM. Mereka tak peduli usia. Tak menolak siapa pun. Karena di PKBM, setiap orang adalah subjek pembelajaran. Di sinilah anak muda belajar lagi. Di sinilah ibu-ibu rumah tangga membaca kembali. Dan di sinilah orang-orang yang selama ini dianggap "gagal" bangkit dengan keyakinan baru.

PKBM tidak menuntut kesempurnaan. Ia hanya butuh niat. Niat untuk bangkit. Niat untuk berubah. Karena ia percaya, Indonesia tidak dibangun oleh mereka yang sempurna, tapi oleh mereka yang bersedia terus belajar.

Belajar dari Kehidupan, untuk Kehidupan

Apa yang dipelajari di PKBM? Bukan hanya angka dan huruf. Tapi juga keterampilan hidup. Warga belajar diajak memahami keuangan keluarga, keterampilan kerja, bahkan kewirausahaan. Ada juga pelatihan parenting, digital literacy, dan diskusi kebangsaan. Semuanya berangkat dari realitas kehidupan sehari-hari, bukan dari buku-buku yang kaku. Maka tak heran, lulusan PKBM bukan hanya cerdas, tapi juga berdaya dan mandiri.

Dari Rakyat untuk Rakyat

PKBM adalah ruang gotong royong. Banyak dikelola oleh komunitas, tokoh masyarakat, dan relawan. Mereka bergerak karena panggilan hati, bukan semata gaji. Di sinilah kita melihat bahwa pendidikan adalah hak, bukan hadiah. Dan PKBM adalah bukti bahwa rakyat bisa membangun bangsanya sendiri—dari bawah, dari yang paling dasar: pendidikan untuk semua.

Mimpi tentang Indonesia yang Setara

Jika kita bicara tentang Indonesia Emas 2045, maka kita tak boleh melupakan PKBM. Sebab Indonesia tidak hanya dibentuk oleh sekolah formal, universitas ternama, atau institusi elite. Tapi juga oleh PKBM-PKBM kecil di pojok desa, di lorong gang sempit, di balai-balai kampung. Di sanalah karakter bangsa dibentuk dengan tulus, tanpa pamrih.

PKBM mengajarkan kita satu hal: Pendidikan bukan untuk siapa yang mampu membayar, tapi untuk siapa yang ingin maju. Dan dari sanalah keadilan sosial bermula. Ketika yang tertinggal tak lagi sendirian. Ketika mereka yang dulu diam, kini bersuara.


Penutup

Bangsa ini tidak dibangun dari atas menara, tapi dari bumi yang kita injak. Dari jerih payah orang biasa yang punya mimpi luar biasa. Maka, mari kita rawat dan dukung PKBM—bukan karena belas kasihan, tapi karena kita percaya: dari akar rumput, Indonesia bisa tumbuh besar.

"Membangun Indonesia bukan dari pusatnya, tapi dari pinggirannya. Dari mereka yang paling membutuhkan, namun paling sering dilupakan. PKBM adalah jawabannya."


Kata Mutiara:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."
(QS. Ar-Ra’d: 11)

Previous Post Next Post