Budaya Kerja di Industri Desain Komunikasi Visual
Dalam melakukan setiap pekerjaan, seseorang akan selalu dikaitkan dengan lingkungan tempat kerja, baik berkaitan dengan suasana dan kenyamanan, mentalitas sosial dan emosional seluruh karyawan yang tergabung dalam perusahaan tersebut, serta kondisi perusahaan tempat seluruh karyawan bernaung. Hal ini tentu merupakan faktor-faktor yang membentuk budaya kerja suatu perusahaan yang melibatkan karyawan.
Budaya kerja merupakan sebuah nilai, karakteristik, serta atribut yang dimiliki suatu perusahaan dan diimplementasikan oleh setiap karyawannya. Namun secara akumulatif, dapat juga dilihat bahwa budaya kerja merupakan sebuah praktik kepemimpinan, perilaku karyawan, fasilitas yang tersedia di tempat kerja, hingga kebijakan-kebijakan perusahaan.
Menurut Mangkunegara (2005), budaya kerja merupakan sistem keyakinan, nilai-nilai, dan norma yang disepakati dalam sebuah organisasi atau perusahaan yang dapat menjadi solusi bagi karyawan dalam menyelesaikan suatu masalah.
Oleh karena itu, budaya kerja sangat berpengaruh terhadap suasana kerja di suatu perusahaan dan tingkat produktivitasnya. Budaya kerja yang cenderung positif akan meningkatkan produktivitas perusahaan hingga mampu meraih keberhasilan dalam mencapai tujuan, begitu pun sebaliknya.
Budaya kerja yang cenderung positif dapat dijadikan pedoman bagi perusahaan, bahkan dapat pula dikatakan sebagai ideologi perusahaan yang dapat diikuti oleh karyawan pada generasi selanjutnya. Setiap perusahaan akan membentuk sebuah budaya kerja yang didasari oleh alasan tertentu. Budaya kerja juga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menyelaraskan berbagai karakteristik karyawan yang berbeda-beda antara satu sama lain.
1. Tujuan Pembelajaran Budaya Kerja
Adapun tujuan dari membentuk budaya kerja, yaitu sebagai berikut:
2. Jenis-jenis Budaya Kerja
Oleh karena budaya kerja memiliki pengaruh besar terhadap produktivitas perusahaan, banyak kalangan ilmuwan melakukan kajian terhadap jenis-jenis budaya kerja. Dari berbagai kajian tersebut dapat disimpulkan terdapat empat jenis budaya kerja, antara lain sebagai berikut:
a. Budaya Klan (Clan Culture)
Budaya klan merupakan budaya kerja yang menekankan pada lingkungan kerja informal, kolaboratif, dan kekeluargaan. Budaya ini bertujuan menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan bahagia.
Budaya klan dengan sendirinya menghilangkan hubungan vertikal atau hierarki antara pimpinan dan karyawan, serta lebih menekankan kerja sama tim. Lingkungan kerja yang berbasis budaya klan sangat cocok bagi perusahaan yang berorientasi pada hubungan jangka panjang dengan karyawan, karena menumbuhkan rasa saling percaya dan keterikatan yang kuat.
Contoh di industri DKV:
- 
Sebuah studio desain grafis kecil di mana seluruh tim bekerja seperti keluarga. Setiap pagi mereka melakukan briefing santai sambil ngopi untuk berbagi ide. 
- 
Tidak ada jarak antara desainer, editor, maupun pemilik studio. Semua saling bantu ketika ada proyek mendesak. 
- 
Setiap keberhasilan kecil (misalnya desain diterima klien) dirayakan bersama, menciptakan rasa kebersamaan. 
 Manfaat: meningkatkan loyalitas dan kenyamanan kerja, serta memperkuat kerja sama tim (teamwork).
b. Budaya Hierarki (Hierarchy Culture)
Budaya hierarki merupakan kebalikan dari budaya klan. Budaya ini justru menekankan pada struktur organisasi yang stabil dengan menerapkan sistem tata kelola dan koordinasi yang lebih efisien.
Budaya ini banyak digunakan di perusahaan yang memiliki struktur dan aturan kerja yang ketat, seperti perusahaan besar atau instansi pemerintah. Dalam industri DKV, budaya hierarki dapat diterapkan dalam proses kerja yang memerlukan koordinasi dan tanggung jawab yang jelas antarbagian.
Contoh di industri DKV:
- 
Sebuah agensi periklanan besar yang memiliki divisi-divisi khusus: desainer, copywriter, fotografer, ilustrator, dan manajer proyek. 
- 
Setiap proyek harus melalui alur persetujuan: dari desainer → art director → creative director → klien. 
- 
Karyawan wajib mengikuti standar operasional prosedur (SOP) untuk menjaga kualitas dan konsistensi hasil. 
 Manfaat: menjaga keteraturan, mengurangi kesalahan, dan memastikan hasil sesuai standar profesional.
c. Budaya Adhokrasi (Adhocracy Culture)
Adhocracy culture atau budaya adhokrasi merupakan budaya kerja yang sangat cocok bagi perusahaan yang mengutamakan kreativitas dan pertumbuhan inovatif.
Budaya kerja ini menekankan keberanian mengambil risiko dalam mengendalikan arah dan aktivitas perusahaan. Dalam dunia DKV, budaya adhokrasi sangat sesuai karena menumbuhkan kreativitas tanpa batas, mendorong lahirnya ide-ide baru, dan memacu para desainer untuk selalu berkembang.
Perusahaan dengan budaya kerja adhokrasi cenderung lebih fleksibel, terbuka terhadap perubahan, dan mendukung eksplorasi ide-ide segar. Setiap karyawan memiliki tanggung jawab yang besar untuk belajar dari kesalahan sekaligus berani memberikan kontribusi melalui gagasan baru.
Budaya kerja adhokrasi banyak diterapkan oleh perusahaan teknologi atau industri kreatif karena menekankan prinsip dinamis, inovatif, dan visioner.
Contoh di industri DKV:
- 
Sebuah startup desain digital yang fokus pada branding produk baru dan animasi interaktif. 
- 
Desainer bebas mengusulkan ide aneh tapi kreatif tanpa takut salah. 
- 
Pimpinan memberi kebebasan mencoba teknologi baru seperti AI design tools, motion graphics, atau AR filter. 
 Manfaat: mendorong inovasi, menumbuhkan semangat eksplorasi, dan menciptakan karya unik yang membedakan perusahaan dari pesaing.
d. Budaya Pasar (Market Culture)
Budaya pasar merupakan budaya kerja yang menekankan orientasi pada hasil (result oriented) dan kinerja tinggi. Fokus utama budaya ini adalah produktivitas, target, dan keberhasilan perusahaan.
Budaya ini cocok untuk perusahaan yang berorientasi pada kompetisi dan pencapaian. Dalam industri DKV, budaya pasar diterapkan pada perusahaan yang berfokus pada hasil karya yang unggul, efisien, dan memenuhi permintaan pasar.
Budaya pasar menuntut setiap karyawan untuk memiliki semangat tinggi, tanggung jawab besar terhadap hasil kerja, dan komitmen kuat terhadap target yang telah ditetapkan.
Contoh di industri DKV:
- 
Sebuah perusahaan desain kemasan yang bersaing ketat untuk memenangkan tender proyek besar dari brand ternama. 
- 
Tim desainer diberi target: menyelesaikan 5 konsep desain dalam 3 hari dengan standar profesional. 
- 
Setiap keberhasilan (misalnya proyek disetujui klien besar) diberi bonus atau penghargaan. 
 Manfaat: memacu semangat kerja tinggi, menumbuhkan etos kompetitif, dan menjaga performa perusahaan agar tetap unggul di pasar.
3. Fungsi Budaya Kerja
Budaya kerja yang dibentuk oleh perusahaan bertujuan meningkatkan produktivitas sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Adapun fungsi budaya kerja, antara lain sebagai berikut:
4. Nilai-nilai Budaya Kerja Industri DKV
Dalam budaya kerja industri DKV, terdapat nilai-nilai yang dapat dikembangkan antara lain kreatif, inovatif, produktif, profesional, kompetitif, dan kolaboratif.
Nilai-nilai budaya kerja tersebut merupakan ciri khas yang mendukung proses produksi serta pengembangan ide dan gagasan di industri kreatif.