Isu Pemanasan Global dan Peranan DKV dalam menghadapinya
Pemanasan global merupakan salah satu isu krusial yang menuntut
perhatian dan tindakan segera dari seluruh lapisan masyarakat. Secara ilmiah,
fenomena ini didefinisikan sebagai peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut,
dan daratan Bumi secara bertahap dalam jangka panjang. Peningkatan ini dipicu
oleh akumulasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, seperti karbon dioksida (CO2),
metana (CH4), dan dinitrogen oksida (N2O), yang memerangkap panas
matahari melalui mekanisme yang dikenal sebagai efek rumah kaca (IPCC,
2021). Gas-gas ini sebagian besar berasal dari aktivitas antropogenik atau
aktivitas manusia.
Konsep-konsep utama yang dapat ditarik
adalah kewajiban menjaga keseimbangan alam, larangan berbuat kerusakan, dan
anjuran untuk berhemat serta memanfaatkan sumber daya secara bijak.
Berikut adalah beberapa ayat Al-Qur'an dan
Hadis yang relevan dengan isu pemanasan global:
Ayat-ayat
Al-Qur'an yang Relevan
- Surah Ar-Rum Ayat 41:
ظَهَرَ
الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ
بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya: "Telah tampak kerusakan
di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah
menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar)."
Ayat ini secara jelas mengaitkan kerusakan
lingkungan (termasuk polusi, deforestasi, dan perubahan iklim) dengan ulah
tangan manusia. Ini adalah landasan utama bahwa masalah lingkungan adalah
akibat dari ketidakbertanggungjawaban manusia, bukan takdir semata, dan
bertujuan agar manusia sadar dan kembali ke jalan yang benar.
- Surah Al-A'raf Ayat 56:
وَلَا
تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ
رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ
Artinya: "Dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah
kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik."
Ayat ini adalah larangan tegas untuk tidak
merusak lingkungan. Pemanasan global, deforestasi, dan polusi adalah
bentuk-bentuk nyata dari kerusakan yang dilarang dalam ayat ini. Ini menuntut
umat Islam untuk menjadi agen perbaikan (mushlihin), bukan perusak (mufsidin).
- Surah Al-Qashash Ayat 77:
وَابْتَغِ
فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ
ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Artinya:
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi.
Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."
Ayat ini menekankan keseimbangan antara
urusan dunia dan akhirat, serta larangan berbuat kerusakan. Eksploitasi sumber
daya alam secara berlebihan, yang merupakan penyebab utama pemanasan global,
adalah bentuk dari perbuatan merusak yang tidak disukai Allah.
Hadis-hadis
yang Relevan
- Hadis tentang Penanaman
Pohon:
Dari
Anas bin Malik, Rasulullah ﷺ bersabda: "Tidaklah seorang muslim menanam
tanaman atau menanam pohon, lalu tanaman atau pohon itu dimakan oleh burung,
manusia atau binatang, melainkan hal itu adalah sedekah baginya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menganjurkan umat Islam untuk
menanam dan memelihara pohon. Dalam konteks modern, penanaman pohon (reboisasi)
adalah salah satu solusi paling efektif untuk menyerap karbon dioksida dan
memerangi pemanasan global. Hadis ini menegaskan bahwa menanam pohon bukan
hanya tindakan yang baik untuk lingkungan, tetapi juga ibadah yang mendatangkan
pahala.
- Hadis tentang Menjaga
Lingkungan:
Dari
Abu Sa'id al-Khudri, Rasulullah ﷺ bersabda: "Waspadalah kalian dari dua
perbuatan laknat." Para
sahabat bertanya, "Apa dua perbuatan laknat itu, ya Rasulullah?"
Beliau menjawab, "Orang yang buang hajat di jalan yang dilalui manusia dan
di tempat teduh mereka." (HR. Muslim)
Meskipun hadis ini berbicara tentang
kebersihan, maknanya lebih luas yaitu menjaga lingkungan dari polusi dan
kotoran. Hadis ini mengajarkan bahwa menjaga kebersihan dan kesehatan
lingkungan adalah bagian dari ajaran Islam, yang bisa dianalogikan dengan isu
polusi udara dan air yang menjadi bagian dari masalah pemanasan global.
- Hadis tentang Hemat Air:
Dari Abdullah bin Amr bin Al-‘Ash, dia
berkata, “Rasulullah ﷺ lewat
di dekat Sa’ad yang sedang berwudu. Rasulullah bersabda, "Mengapa kamu
boros (dalam menggunakan air) wahai Sa’ad?" Sa’ad bertanya, “Apakah
dalam berwudu ada pemborosan?” Rasulullah menjawab, "Ya, sekalipun kamu
berada di sungai yang mengalir." (HR. Ibnu Majah)
Hadis ini menekankan prinsip hemat dan
tidak boros, bahkan terhadap sumber daya yang melimpah seperti air. Prinsip ini
sangat relevan dengan isu pemanasan global, di mana penggunaan energi yang
berlebihan (seperti listrik dari pembakaran bahan bakar fosil) adalah bentuk
pemborosan yang merusak. Islam mengajarkan untuk menggunakan sumber daya
secukupnya, tanpa berlebihan.
Penyebab Utama dan Dampak Kompleksnya
Akar Penyebab Pemanasan Global
Menurut laporan dari Badan Perlindungan
Lingkungan Amerika Serikat (EPA), lebih dari 90% peningkatan GRK global
sejak revolusi industri berasal dari aktivitas manusia. Beberapa
penyebab utamanya meliputi:
- Pembakaran Bahan Bakar Fosil: Sumber Energi
Berbahaya
Bayangkan mobil,
motor, atau pabrik di sekitar kita. Semuanya butuh bensin, solar, atau batu
bara untuk bisa bekerja. Bahan-bahan ini kita sebut bahan bakar fosil.
Ketika kita membakarnya, gas karbon dioksida (CO2) akan keluar dari
knalpot atau cerobong asap. CO2 ini terbang ke langit dan menumpuk di atmosfer
Bumi. Semakin banyak kita pakai bahan bakar fosil, semakin banyak CO2 yang
menumpuk.
Analogi
sederhananya, bayangkan Bumi kita punya selimut dari gas-gas ini. Semakin
tebal selimutnya (karena CO2 bertambah), semakin panas Bumi kita. Inilah yang terjadi. Sektor energi,
transportasi, dan industri berat adalah "mesin"
terbesar yang terus membakar bahan bakar fosil dan membuat "selimut"
Bumi makin tebal.
- Deforestasi dan Perubahan Tata Guna Lahan:
Menghilangkan Paru-Paru Bumi
Pernah lihat hutan?
Hutan itu ibarat paru-paru raksasa buat Bumi. Pohon-pohon di hutan punya tugas
super penting: menyerap CO2 dari udara. Proses ini namanya fotosintesis.
Jadi, pohon-pohon ini membantu membersihkan udara kita dari gas yang bikin
panas.
Masalahnya,
hutan-hutan di seluruh dunia banyak yang ditebang untuk dijadikan lahan
pertanian, perkebunan, atau perumahan. Ketika pohon-pohon itu ditebang, mereka
tidak lagi bisa menyerap CO2. Lebih parah lagi, saat pohon ditebang atau
dibakar, semua karbon yang tersimpan di dalamnya justru terlepas kembali ke
udara sebagai CO2. Akibatnya, pemanasan global makin parah.
- Aktivitas Pertanian dan Peternakan: Sumber
Gas Rumah Kaca yang Tersembunyi
Kita mungkin tidak
sadar, tapi kegiatan menanam padi atau beternak sapi juga ikut menyumbang gas
berbahaya.
Peternakan: Sapi dan hewan ternak lainnya ketika
bersendawa atau buang gas, mengeluarkan gas metana (CH4). Gas ini punya
efek memerangkap panas yang jauh lebih kuat dari CO2. Jadi, semakin banyak
sapi yang diternakkan, semakin banyak metana yang dilepaskan ke udara.
Pertanian: Petani sering menggunakan pupuk kimia
untuk menyuburkan tanaman. Pupuk ini bisa menghasilkan gas dinitrogen oksida
(N2O), yang juga termasuk gas rumah kaca berbahaya.
- Proses Industri dan
Sampah: Limbah yang Bikin Pusing
Selain industri
yang menggunakan bahan bakar fosil, ada beberapa industri yang menghasilkan gas
rumah kaca sebagai efek samping dari proses produksinya. Contoh paling
gampang adalah pabrik semen. Proses pembuatan semen melepaskan CO2 dalam
jumlah besar ke atmosfer.
Selain itu, sampah
yang kita buang setiap hari juga jadi masalah. Di tempat pembuangan akhir,
sampah organik (seperti sisa makanan atau daun kering) yang menumpuk dan
membusuk akan melepaskan gas metana (CH4) ke udara. Inilah kenapa
mengelola sampah dengan baik, seperti mendaur ulang dan membuat kompos, sangat
penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Dampak Pemanasan Global yang Meluas
Peningkatan suhu global berdampak sistemik
dan merusak pada berbagai ekosistem dan kehidupan manusia. Dampak-dampak
ini mencakup:
- Perubahan Pola Iklim Ekstrem: Frekuensi dan intensitas gelombang
panas, kekeringan, badai, dan banjir meningkat drastis. Hal ini tidak
hanya merusak infrastruktur tetapi juga mengancam ketahanan pangan dan
air.
- Kenaikan Permukaan Air Laut: Pencairan lapisan es di kutub dan
gletser menyebabkan kenaikan permukaan air laut. Menurut NASA, ini
mengancam keberlangsungan kota-kota pesisir, mengikis garis pantai, dan
mencemari sumber air tawar dengan air asin.
- Ancaman terhadap Keanekaragaman Hayati: Peningkatan suhu menyebabkan
pergeseran habitat dan memicu kepunahan spesies. Laporan dari IPBES
(Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem
Services) menunjukkan bahwa jutaan spesies terancam punah akibat
perubahan iklim.
- Dampak Sosial dan Kesehatan: Pemanasan global dapat memicu
krisis pangan dan air, migrasi paksa, serta penyebaran penyakit yang
berhubungan dengan panas.
Solusi Strategis dan Peran Desain
Komunikasi Visual (DKV)
Solusi untuk mengatasi pemanasan global
membutuhkan pendekatan multidisiplin. Mulai dari kebijakan pemerintah yang
kuat, inovasi teknologi, hingga perubahan perilaku individu. Di tengah
kompleksitas ini, Desain Komunikasi Visual (DKV) muncul sebagai alat
strategis yang vital untuk menjembatani informasi ilmiah yang rumit dengan
pemahaman publik.
Peran DKV yang Krusial: Lebih dari Sekadar
Estetika
DKV memiliki kekuatan transformatif untuk
menggerakkan kesadaran, empati, dan tindakan. Peran DKV tidak terbatas pada
pembuatan visual yang indah, melainkan tentang komunikasi yang efektif dan
persuasif:
- Simplifikasi Data Ilmiah: DKV mengubah data statistik yang
padat menjadi infografis, diagram, dan ilustrasi yang mudah
dipahami. Misalnya, infografis yang menggambarkan kenaikan suhu rata-rata
selama satu abad atau diagram yang menunjukkan sumber emisi gas rumah kaca
dapat membantu masyarakat awam memahami skala masalah.
- Membangun Narasi Berbasis Emosi: DKV menggunakan visual yang kuat
untuk menciptakan koneksi emosional. Sebuah kampanye yang menampilkan
gambar beruang kutub yang terisolasi di atas bongkahan es kecil dapat
lebih efektif membangkitkan empati daripada data tentang jumlah es yang
mencair.
- Menginspirasi Perubahan Perilaku: Melalui poster, iklan layanan
masyarakat, dan kampanye media sosial, DKV dapat menyajikan
solusi-solusi sederhana dan praktis. Contohnya, desain yang menarik untuk
mempromosikan penggunaan transportasi publik, kampanye visual yang
menyoroti pentingnya daur ulang, atau desain kemasan produk yang inovatif
dan ramah lingkungan.
- Membangun Identitas Gerakan Lingkungan: DKV membantu organisasi dan aktivis
lingkungan membangun identitas visual yang kuat dan mudah diingat. Logo
yang ikonik, palet warna yang konsisten, dan gaya visual yang unik dapat
memperkuat pesan dan membuat gerakan tersebut lebih dikenali secara global.
- Visualisasi Masa Depan: DKV dapat memvisualisasikan
skenario masa depan, baik yang suram (dampak terburuk) maupun yang penuh
harapan (hasil dari tindakan kolektif). Visualisasi ini berfungsi sebagai
motivator yang kuat, menunjukkan konsekuensi dari kelambanan dan manfaat
dari upaya proaktif.